budidaya ikan predator
Di antara berbagai jenis ikan hias predator yang ada di pasaran saat ini, jenis Chicla Monoculus
adalah jenis yang banyak diminati. Selain karena warnanya yang indah,
bentuknya yang gagah dan juga gesit membuat ikan ini dapat memikat hati
para kolektor ikan hias di Tanah Air.
Herry menyebutkan, untuk
dapat mengembangkan jenis ikan yang banyak hidup di Sungai Amazone ini
tidaklah mudah. Karena selain dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang
cukup, juga diperlukan ketelitian dalam pemeliharaannya.
Dikatakan
Herry, sebelum memulai usaha ini ada beberapa hal yang perlu disiapkan
dan diperhatikan. Yang pertama soal wadah atau tempat budidaya, yang
bisa menggunakan beberapa jenis wadah seperti akuarium, kolam bak semen,
kolam terpal/plastik, bak fiber glass yang penting tidak bocor dan
dengan ukuran yang beragam.
Setelah menyiapkan tempat budidaya,
langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan air dengan
suhu, derajat keasaman (pH), kesadahan air, kandungan oksigen terlarut
dan kecerahannya yang telah di sesuaikan dengan habitat asli ikan ini.
Biasanya ikan jenis Cichla Monoculus ini hidup di air dengan suhu antara
28 °C, pH 7-8, oksigen terlarut > 3 ppm dan kecerahan air 30-60 cm.
“Sumber
air untuk budidaya ikan ini dapat menggunakan air tanah dengan
kandungan oksigen terlarutnya cukup dan gas-gas yang lain hilang. Untuk
membuat pH yang sesuai dengan kehidupan ikan, dapat dilakukan dengan
memberikan kapur pertanian atau kapur bordo dengan dosis secukupnya,”
ujar Herry.
Selain itu, untuk kesadahan air yang menunjukkan
kandungan mineral seperti kalsium, magnesium dan seng juga perlu di
perhatikan. Tinggi kesadahan sangat dipengaruhi oleh kondisi sekitar
seperti jenis tanaman sekitar sumber air dan mikroorgnisme, Kesadahan
atau kekerasan air yang ideal untuk budidaya ikan hias air tawar
berkisar antara 70-100 HD.
Setelah kondisi air sesuai dengan
habitat aslinya maka langkah berikutnya ialah mempersiapkan indukan
ikan. Indukan yang siap pijah biasanya berusia 2 tahun. Untuk satu wadah
akuarium standar ukuran 2 m x 50 cm x 50 cm diisi dengan 5 indukan
yang terdiri dari 3 jantan dan 2 betina. Setelah di satukan, biasanya
indukan yang telah siap kawin akan langsung mencari pasangannya dan
melakukan pemijahan, nantinya induk betina akan mengeluarkan telur
seukuran butiran pupuk urea.
Setelah kurang lebih 1 minggu, telur
akan menetas menjadi larva seukuran ujung jarum dan pada saat itu
indukan sebaiknya di angkat atau di pisahkan dari larva atau burayak.
Setelah dipisahkan, burayak diberi makan berupa kutu air atau artemia
yang bisa di dapatkan dengan mencari di alam atau membeli di pusat
penjualan ikan yang ada di sekitar.
Proses pemberian pakan
artemia dilakukan selama satu bulan, setelah itu pada bulan kedua
dilanjutkan dengan memberi pakan cacing rambut selama sekitar satu
bulan. Setelah itu, ikan yang sudah tumbuh dewasa bisa diberi pakan ikan
kecil sebagai pakan utama secukupnya pada pagi, siang dan sore hari.
Dan pada usia 3 bulan ikan jenis Cichla Monocolus ini sudah dapat
dijual.
“Selama proses pembesaran, kebersihan wadah harus
diperhatikan. Karena bila wadah tidak bersih maka ikan akan mudah
terserang jamur atau bakteri yang bisa menyebabkan kematian pada ikan.
Untuk menanggulanginya selain melakukan pengurasan rutin juga air di
dalam akuarium di berikan Methelin Blue sebanyak 10 tetes per 100 liter
air,” papar Herry.
Menyoal kendala budidaya, kata Herry, sejauh
ini yang kerap dialaminya adalah kematian ikan yang kadang tak bisa
dihindari. Cara untuk mencegahnya, lanjut Herry, yakni dengan mengikuti
prosedur dari perawatan ikan-ikan hias tersebut, seperti membersihkan
kolam 2 kali seminggu, memberi pangan yang cukup dan memberikan garam
ikan agar kebersihan kandungan air tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar