ikan

ikan

Minggu, 20 Maret 2016

budidaya ikan predator



Di antara berbagai jenis ikan hias predator yang ada di pasaran saat ini, jenis Chicla Monoculus adalah jenis yang banyak diminati. Selain karena warnanya yang indah, bentuknya yang gagah dan juga gesit membuat ikan ini dapat memikat hati para kolektor ikan hias di Tanah Air.

Herry menyebutkan, untuk dapat mengembangkan jenis ikan yang banyak hidup di Sungai Amazone ini tidaklah mudah. Karena selain dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang cukup, juga diperlukan ketelitian dalam pemeliharaannya.

Dikatakan Herry, sebelum memulai usaha ini ada beberapa hal yang perlu disiapkan dan diperhatikan. Yang pertama soal wadah atau tempat budidaya, yang bisa menggunakan beberapa jenis wadah seperti akuarium, kolam bak semen, kolam terpal/plastik, bak fiber glass yang penting tidak bocor dan dengan ukuran yang beragam.

Setelah menyiapkan tempat budidaya, langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan air dengan suhu, derajat keasaman (pH), kesadahan air, kandungan oksigen terlarut dan kecerahannya yang telah di sesuaikan dengan habitat asli ikan ini. Biasanya ikan jenis Cichla Monoculus ini hidup di air dengan suhu antara 28 °C, pH 7-8, oksigen terlarut > 3 ppm dan kecerahan air 30-60 cm.

“Sumber air untuk budidaya ikan ini dapat menggunakan air tanah dengan kandungan oksigen terlarutnya cukup dan gas-gas yang lain hilang. Untuk membuat pH yang sesuai dengan kehidupan ikan, dapat dilakukan dengan memberikan kapur pertanian atau kapur bordo dengan dosis secukupnya,” ujar Herry.

Selain itu, untuk kesadahan air yang menunjukkan kandungan mineral seperti kalsium, magnesium dan seng juga perlu di perhatikan. Tinggi kesadahan sangat dipengaruhi oleh kondisi sekitar seperti jenis tanaman sekitar sumber air dan mikroorgnisme, Kesadahan atau kekerasan air yang ideal untuk budidaya ikan hias air tawar berkisar antara 70-100 HD.

Setelah kondisi air sesuai dengan habitat aslinya maka langkah berikutnya ialah mempersiapkan indukan ikan. Indukan yang siap pijah biasanya berusia 2 tahun. Untuk satu wadah akuarium standar ukuran  2 m x 50 cm x 50 cm diisi dengan 5 indukan yang terdiri dari 3 jantan dan 2 betina. Setelah di satukan, biasanya indukan yang telah siap kawin akan langsung mencari pasangannya dan melakukan pemijahan, nantinya induk betina akan mengeluarkan telur seukuran butiran pupuk urea.

Setelah kurang lebih 1 minggu, telur akan menetas menjadi larva seukuran ujung jarum dan pada saat itu indukan sebaiknya di angkat atau di pisahkan dari larva atau burayak. Setelah dipisahkan, burayak diberi makan berupa kutu air atau artemia yang bisa di dapatkan dengan mencari di alam atau membeli di pusat penjualan ikan yang ada di sekitar.

Proses pemberian pakan artemia dilakukan selama satu bulan, setelah itu pada bulan  kedua dilanjutkan dengan memberi pakan cacing rambut selama sekitar satu bulan. Setelah itu, ikan yang sudah tumbuh dewasa bisa diberi pakan ikan kecil sebagai pakan utama secukupnya pada pagi, siang dan sore hari. Dan pada usia 3 bulan ikan jenis Cichla Monocolus ini sudah dapat dijual.

“Selama proses pembesaran, kebersihan wadah harus diperhatikan. Karena bila wadah tidak bersih maka ikan akan mudah terserang jamur atau bakteri yang bisa menyebabkan kematian pada ikan. Untuk menanggulanginya selain melakukan pengurasan rutin juga air di dalam akuarium di berikan Methelin Blue sebanyak 10 tetes per 100 liter air,” papar Herry.

Menyoal kendala budidaya, kata Herry, sejauh ini yang kerap dialaminya adalah kematian ikan yang kadang tak bisa dihindari. Cara untuk mencegahnya, lanjut Herry, yakni dengan mengikuti prosedur dari perawatan ikan-ikan hias tersebut, seperti membersihkan kolam 2 kali seminggu, memberi pangan yang cukup dan memberikan garam ikan agar kebersihan kandungan air tetap terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar